Kamis, 27 September 2012

Bubur Pedas, ternyata kuliner yang menyehatkan


Perkembangan dunia kuliner begitu pesat. Produk makanan dan minuman instan (cepat saji) tumbuh tak terbendung didukung dengan tingkat kesibukan masyarakat terutama di kota-kota besar yang begitu tinggi. Kecenderungan masyarakat mengkonsumsi makanan dan minuman cepat saji perlu kiranya diperhatikan. Perlu kiranya dikembangkan makanan dan minuman sehat yang tidak hanya mengenyangkan namun juga memiliki nilai gizi yang baik. Salah satunya dengan kembali mengangkat makanan khas daerah sebagai produk unggulan masing-masing daerah sebagai makanan yang menyehatkan sehingga dapat menjadi kekayaan kuliner Indonesia.
Indonesia selain terkenal dengan keindahan alamnya juga terkenal dengan jenis dan kenikmatan kulinernya. Hampir setiap daerah di Indonesia memiliki makanan khas daerah. Papua dengan papeda berbahan dasar sagu, Medan dengan bika ambonnya, Banjarmasin dengan soto banjarnya yang nikmat, Bogor dengan asinan khas bogor, Madiun dengan bremnya, Kalimantan Barat dengan bubur pedasnya dan masih banyak lagi.
Pada kesempatan kali ini penulis mencoba mengangkat bubur pedas  atau masyarakat kabupaten Sambas, Kalimantan Barat, biasa menyebutnya bubur padas. Bubur pedas merupakan makanan yang terbuat dari sayur-sayuran dimasak dengan beras yang telah disangrai kemudian ditumbuk halus serta  memiliki rasa dan aroma khas  berasal dari daun kesum. Pada beberapa kesempatan di Sambas, bubur pedas telah dijadikan oleh pejabat sebagai makanan khas untuk menjamu tamu penting daerah.
Dilihat dari namanya, bubur pedas. Banyak orang mengira apabila bubur pedas ini bubur dengan rasa pedas. Namun pada kenyataannya bubur ini tidaklah pedas. Sambal (cabai) yang membuat pedas dapat ditambahkan diluar proses pemasakan artinya tingkat kepedasan dapat ditambahkan sesuai keinginan.
Diharapkan dari penulisan ini masyarakat mengetahui nilai gizi serta potensi bubur pedas yang merupakan makanan khas daerah Kalimantan Barat dan salah satu kekayaan kuliner Indonesia sebagai pangan fungsional yang diyakini mengandung khasiat mampu mengobati beberapa penyakit. 

Menurut Yamada K, dan kawan-kawan (2008), pangan, secara umum dapat dikatakan memiliki tiga sifat penting (1).Fungsi utama: sebagai asupan zat gizi yang sangat esensial untuk keberlangsungan hidup manusia. (2).  Fungsi kedua:  sebagai sensori atau pemuasan sensori seperti rasa yang enak, rasa dan tekstur yang baik.(3) Fungsi ketiga: secara fisiologis menjadi regulasi bioritme, sistem saraf, sistem imunitas dan pertahanan tubuh.
Suatu pangan dapat dikategorikan menjadi pangan fungsional jika memiliki tiga syarat utama yang harus dipenuhi yaitu : (1) Merupakan makanan atau minuman (bukan kapsultablet, atau serbuk) yang mengandung senyawa bioaktif tertentu yang berasal dari bahan alami. (2). Harus merupakan bahan yang dikonsumsi dari bagian diet sehari-hari. (3). Memiliki fungsi tertentu setelah dikonsumsi, seperti meningkatkan mekanisme pertahanan biologis, mencegah dan memulihkan penyakit tertentu, mengontrol fisik dan mental, serta memperlambat proses penuaan dini (Goldberg, I, 1999).
Dari kategori pangan fungsional yang disebutkan Goldberg, bubur pedas termasuk dalam kategori 3 syarat di atas, bubur pedas merupakan pangan olahan yang memiliki potensi sebagai makanan fungsional karena mengandung senyawa bioaktif yang berasal dari daun kesum, bahan alami alam. Berdasarkan kajian fitofarmaka, daun kesum memiliki aktivitas antibakteri, antijamur, antioksidan, antiradikal dan antikanker (Wibowo,2007). Sayur-sayuran serta bahan tambahannya merupakan bagian dari makanan keseharian. Dan karena kaya akan serat sayuran diperkirakan bubur pedas ini dapat mengontrol fisik yang cocok bagi orang yang ingin melangsingkan tubuh.
Sayur-sayuran memiliki kandungan mineral dan serat yang dibutuhkan tubuh. Beras memiliki karbohidrat sebagai sumber tenaga utama. Sedangkan daun kesum telah lama digunakan oleh masyarakat sebagai bumbu masakan seperti bubur pedas karena daun kesum memiliki aroma dan rasa yang khas dan nikmat. Selain itu, beberapa masyarakat telah menggunakan daun kesum sebagai untuk mengatasi ketombe pada rambut.
Perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam terhadap aktivitas senyawa dalam daun kesum berapa banyak daun kesum yang dapat ditambahkan sehingga tepat penggunaannya dalam bubur pedas untuk mengobati penyakit tertentu, serta pengaruh proses pengolahan terhadap gizi dan aktivitas senyawa dalam bubur pedas. Selain itu perlu peran serta pemerintah setempat dan masyarakat Kalimantan Barat untuk mendukung kajian-kajian yang berhubungan dengan bubur pedas ini. Tentu saja supaya bubur pedas ini dapat diakui sebagai makanan yang nikmat dan sehat untuk konsumsi sehari-hari.  
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa bubur pedas atau bubur padas memiliki potensi sebagai bahan pangan fungsional namun harus diteliti lebih mendalam khususnya pengaruh pengolahan yang banyak melibatkan panas. Dimungkinkan pengaruh pemanasan dengan suhu yang tinggi dapat mengakibatkan penurunan kualitas gizi dan efek herbal dari daun kesum.